Hati – Hati, Konsumsi Obat Alergi Bisa Membuat Gemuk
4 August 2014 / No comments yetAlergi bisa muncul pada siapa saja, bahkan hingga usia dewasa masih banyak orang yang belum menyadari jika dirinya memiliki alergi. Apakah Anda memiliki alergi? Jika ya, Anda patut waspada sebab penelitian baru mengungkapkan bahwa alergi dan berat badan memiliki hubungan yang saling berkaitan.
Saat alergi kambuh, sebagian besar penderita akan mengonsumsi obat untuk menghilangkan efek alergi tersebut. Tetapi sesungguhnya cara ini memiliki efek samping untuk tubuh. Pada Agustus 2010, peneliti dari Yale University mempublikasikan dalam jurnal Obesity bahwa orang yang mengonsumsi obat alergi seperti antihistamin secara teratur berat badannya lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengonsumsinya.
Data ini diambil dari The Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC’s) National Health and Nutrition Examination Survey 2005 – 2006 untuk membandingkan berat badan dari 867 orang dewasa dengan penggunaan antihistamin mereka. Obat yang paling sering digunakan dalam penelitian ini adalah jenis cetirizine, zyrtec dan fexofenadine. Namun para peneliti mengingatkan bahwa penelitian ini bersifat observasi dan tidak bisa benar – benar menunjukkan apakah penggunaan antihistamin menyebabkan penambahan berat badan pada orang dengan alergi.
Studi lain dengan data CDC yang sama dalam Journal of Clinical Allergy and Immunology tahun 2009 menemukan bahwa jumlah penderita alergi, khususnya alergi makanan, lebih banyak terdapat pada anak – anak obesitas dibandingkan dengan anak – anak yang berat badannya normal. Demikian dikutip dari Women’s Health.
“Dari hasil ini, masih belum jelas bagaimana sebenarnya hubungan antar keduanya, apakah obesitas penyebab timbulnya alergi atau tidak,” ungkap Cynthia Visness, Ph.D, penulis utama dan ilmuwan riset di Rho Inc.
Namun sayangnya, belum banyak literatur yang menjelaskan bagaimana hubungan antara obesitas dan alergi, sehingga penjelasan yang ada hanya bisa dilihat dari hasil 2 studi ini.
“Peradangan juga bisa menjadi pencetusnya. Sel – sel lemak melepaskan sitokin, bahan kimia yang menimbulkan peradangan, dan alergi juga memicu peradangan. Sehingga orang – orang dengan tingkat peradangan tinggi dalam tubuh mereka cenderung akan mengalami 2 kondisi tersebut,” lanjut Visness.
Teori lain dari studi yang dilakukan Yale University menyatakan bahwa histamin, yang merupakan penghantar saraf saat ada kontak dengan pemicu alergi, memiliki peran dalam mengatur nafsu makan. Penelitian pada tikus menunjukkan histamin mengurangi nafsu makan, sementara antihistamin meningkatkan nafsu makannya.
Oleh karena itu, peneliti beranggapan sangat mungkin jika mengonsumsi antihistamin dalam jangka panjang akan membuat Anda makan lebih banyak. Beberapa zat antihistamin bahkan digunakan sebagai perangsang nafsu makan pada anak – anak.
Sumber : detik.com