Mana yang Lebih Menyehatkan: Buah Dimakan Langsung atau Dijus?
15 August 2014 / No comments yetBuah sangat penting untuk melengkapi kebutuhan gizi sehari-hari. Banyak cara yang dilakukan untuk mengonsumsi buah misalnya dijus, dijadikan manisan, atau dikupas, potong, lalu disantap. Sebenarnya, bagaimana cara mengonsumsi buah yang baik?
“Kalau buah langsung kita makan, kita bisa dapat semua manfaat zat yang terkandung di dalamnya, termasuk zat besi, serat, mineral, air, semuanya bisa kita dapat,” kata Dr dr Fiastuti Witjaksono, MSc.MS. SpGK.
Jika dijus apalagi kemudian di saring, maka yang didapat adalah serat dari buah tersebut. Sedangkan cairan dan beberapa kandungan zat lainnya sudah berkurang.
Selain dijus, banyak juga orang yang mengupas buah di pagi hari lalu menyimpannya di kulkas atau dibiarkan di suhu ruangan, kemudian baru disantap saat sore hari. “Kalau sore baru dimakan buah itu akan terkena paparan sinar matahari dan kandungan vitamin C-nya pun akan berkurang,” kata dr.Tuti.
Keterangan itu disampaikan dosen luar biasa departemen gizi FKUI ini dalam acara buka puasa bersama Zespri Kiwifruit ‘Konsumsi Buah dan Sayur Teratur untuk Hindari Diabetes dan Obesitas’ di The3House Kuningan Village, Jl Karbela Timur, Kuningan, Jakarta.
Seperti diketahui, vitamin dan mineral dalam buah bisa menjaga metabolisme dan daya tahan tubuh. Buah dan sayur juga mengandung serat untuk menjaga saluran pencernaan.
Selain itu, serat larut dalam buah dan sayur bisa membuat perut terasa kenyang lebih lama. Serat larut juga bisa menstabilkan gula darah karena bersifat menyerap gula lebih lama sehingga kenaikan atau penurunan gula darah dalam tubuh tidak drastis.
Tak hanya itu, antioksidan dalam buah juga bisa mencegah kerusakan sel akibat oksidasi. Maka dari itu konsumsi buah dan sayur sangat bermanfaat untuk mencegah penyakit jantung, kolesterol, diabetes, beberapa penyakit degeneratif lainnya. Hal yang terpenting lainnya yaitu buah-buahan dan sayuran juga bisa mencegah obesitas.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa di DKI Jakarta, 19,6 persen anak-anak masuk dalam kategori kegemukan atau obesitas yang menimbulkan risiko diabetes. Data registri Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menemukan bahwa kejadian diabetes tipe 1 pada anak-anak naik di bulan Juni-Juli dan Desember-Januari yang merupakan masa liburan sekolah.
Sumber : Detik.com